Mutiara Amaly Vol-31 Mutiara Amaly Vol 32 Mutiara Amaly Vol 33 Mutiara Amaly Vol 34 Mutiara Amaly Vol 35 Mutiara Amaly Vol 36

Selasa, 21 April 2009

Akhir Kalam Majalah Mutiara Amaly


"PANDANGAN MALAM DAN DIMENSINYA"

MALAM
Bagaimana Mata Terpejam

Malam..., Keindahan, kesepian, kedinginan, kesyaduanmu meyimpan segala rahasia yang telah berlaku di zaman silam.
Gelapnya kadang-kala jadi penyejuk ibadat para abid yang merindukan Allah.
Tapi adakalanya kesempatan bagi pendosa yang menyangka malam dapat melindungi ia dari penglihatan Tuhan-Nya.
Kesunyian ditunggu oleh sepasang kekasih memadu kasih. Cumbu rayu menjadi bisikan yang gemersik menyuburkan kasih. Dan malam datang menjanjikan saat itu.Saat si abid berdiri, duduk dan baring menyebut nama Allah yang satu.
Seorang hamba merintih di waktu malam: “Ya Robbi, bintang-bintang telah menghilang di balik awan. Mata insan telah tidur lelap. Pintu-pintu istana para maharaja telah terkunci. Lalu setiap kekasih telah berdua-duaan dengan kekasihnya. Dan inilah aku tampil mengadap-Mu...”
***
Dan malam juga adalah detik hamba yang berdosa rujuk pada keampunanNya.
Lalu dalam derai air matanya yang gugur di dada malam, meluncurlah kata-kata penyesalan atas keterlanjuran dan kesalahan. Seolah-olah terdengarlah di telinganya makna sebuah firman,
“Demi malam apabila telah sunyi, Robbmu tiada meninggalkan kamu dan tidak pula membenci kamu.” (Ad-Dhuha.)
Malam..., Kalau ia dipenuhi ribut petir yang dasyat, kenangilah azab Allah.
Kalau ia dihiasi bulan dan bintang, haraplah rahmat-Nya. Keindahannya biar menerangi hati, kegelapannya usah menghitamkan amal.
Uwais Al-Qarni meyambut kedatangan malam dengan katanya, “Ini malam rukuk,” lalu beliau pun sembahyang dengan rukuknya panjang-panjang hingga menjelang fajar.
Di malam yang lain ia berkata, “Inilah malam sujud.” Lalu sujudlah beliau sepanjang malam sampai fajar tiba sebagai pamitan malam beransur hilang. Itulah malam pada Uwais Al-Qarni.
Kedatangan malam mungkin seiring dengan saat kematian. Tidur... mungkin untuk selama-lamanya. Kegelapan malam mungkin bersambung ke alam kubur.
Amir bin Abdullah memberikan iangatan lain: “Tidak ada aku lihat sesuatu yang dinamakan syurga, di mana pencarinya asyik tidur.
Dan tidak pernah pula aku lihat sesuatu yang dinamakan neraka, di mana orang yang hendak menghindarinya asyik tidur saja.”
Ads
Adsvertisement

0 komentar:

Posting Komentar

 
Ads Ads Ads Ads Ads Ads

Mutiara Amaly vol 12. Copyright 2008 All Rights Reserved